
Olahraga lari adalah salah satu aktivitas fisik yang mudah dilakukan, terjangkau, dan menawarkan berbagai manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental. Meskipun demikian, masih banyak mitos yang beredar seputar olahraga ini, yang dapat menyesatkan para pelari, terutama pemula. Untuk membantu Anda memahami lebih baik, berikut adalah mitos dan fakta olahraga lari yang sering menjadi perbincangan.
Mitos 1: Lari Sama dengan Jogging
Banyak orang menganggap bahwa lari dan jogging adalah hal yang sama. Padahal, keduanya memiliki perbedaan mendasar. Berlari membutuhkan tingkat kebugaran yang lebih tinggi, mengharuskan tubuh bergerak lebih cepat, dan menggunakan energi yang lebih besar dibandingkan jogging. Selain itu, berlari juga melibatkan kerja jantung, paru-paru, dan otot yang lebih intens. Sementara itu, jogging dilakukan dengan kecepatan yang lebih santai, sehingga cocok bagi mereka yang baru memulai olahraga.
Fakta 1: Lari Termasuk Latihan Aerobik
Ketika mendengar istilah aerobik, kebanyakan orang langsung terpikir pada senam aerobik. Namun, fakta menariknya, lari juga merupakan bentuk latihan aerobik. Latihan aerobik melibatkan peningkatan denyut jantung dan pernapasan sehingga tubuh memerlukan lebih banyak oksigen. Efek ini juga dirasakan saat Anda berlari. Selain lari, aktivitas lain seperti jalan cepat, berenang, bersepeda, dan senam lantai juga tergolong sebagai olahraga aerobik.
Baca Juga: 9 Mitos dan Fakta Tentang Olahraga yang Perlu Anda Ketahui
Mitos 2: Tidak Perlu Pemanasan Sebelum Lari
Beberapa orang menganggap pemanasan sebelum lari tidak diperlukan. Padahal, pemanasan adalah langkah penting untuk mengurangi risiko cedera. Untuk lari, peregangan dinamis seperti leg swings, lunges, dan butt kicks sangat dianjurkan. Latihan ini membantu otot beradaptasi sebelum Anda memulai lari. Luangkan waktu 5–10 menit untuk pemanasan agar tubuh siap menghadapi intensitas lari.
Fakta 2: Lari Membakar Kalori Lebih Banyak dengan Durasi yang Lebih Lama
Fakta olahraga lari berikutnya ialah efektif dalam membakar kalori. Semakin lama dan cepat Anda berlari, semakin banyak kalori yang terbakar. Sebagai contoh, seseorang dengan berat badan 100 kg yang berlari sejauh 13 km dapat membakar sekitar 150 kalori, sementara seseorang dengan berat 54 kg membakar sekitar 82 kalori untuk jarak yang sama. Namun, perlu diingat, tubuh yang lebih bugar cenderung membakar lebih sedikit kalori dalam aktivitas yang sama.
Mitos 3: Harus Minum-Minuman Olahraga Sebelum Lari
Minuman olahraga sering dianggap sebagai kebutuhan wajib sebelum lari. Faktanya, minuman ini hanya diperlukan jika Anda berlari lebih dari satu jam. Untuk sesi lari yang lebih singkat, air putih sudah cukup untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi. Mengonsumsi minuman olahraga yang tinggi kalori untuk lari singkat justru dapat menambah asupan kalori yang tidak diperlukan.
Baca Juga: Ini Dia 5 Minuman untuk Gym yang Baik Dikonsumsi
Fakta 3: Lari Setiap Hari Tidak Menjamin Berat Badan Turun Drastis
Fakta olahraga lari berikutnya, ialah berlari tidak menjamin berat badan langsung turun drastis. Meski lari dapat membantu membakar kalori, berlari setiap hari tidak selalu efektif untuk menurunkan berat badan secara drastis. Bahkan, bagi pelari pemula hingga menengah, hasil optimal justru didapatkan dengan lari 2–3 kali seminggu selama 20 menit. Kombinasikan lari dengan pola makan sehat untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Mitos 4: Olahraga Lari Setiap Hari itu Aman
Berolahraga secara rutin memang dianjurkan, tetapi bukan berarti Anda harus berlari setiap hari. Tubuh memerlukan waktu untuk pemulihan setelah olahraga, terutama otot-otot yang bekerja keras saat lari. Jika Anda memaksakan diri berlari setiap hari, risiko cedera akan meningkat. Sebagai alternatif, lakukan cross-training dengan olahraga lain seperti berenang atau bersepeda untuk mengurangi tekanan pada tubuh.
Mitos 5: Lari Tidak Baik untuk Kesehatan Lutut
Ada anggapan bahwa lari dapat merusak lutut karena memberikan tekanan berlebih. Faktanya, studi dalam jurnal PeerJ menunjukkan bahwa lari justru membantu melatih tulang dan tulang rawan untuk beradaptasi, sehingga membuat lutut lebih kuat. Namun, bagi mereka yang memiliki masalah radang sendi atau berat badan berlebih, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum rutin berlari.
Baca Juga: 6 Tanda Tubuh Kurang Minum Air Putih
Mitos 6: Lari Hanya untuk Anak Muda yang Sehat
Banyak yang beranggapan bahwa olahraga lari hanya cocok untuk anak muda dengan stamina prima. Kenyataannya, lari adalah olahraga yang bisa dilakukan oleh siapa saja, tanpa memandang usia. Meski begitu, orang dengan kondisi tertentu, seperti radang sendi atau obesitas, sebaiknya mendapatkan persetujuan dari dokter sebelum memulai olahraga ini.
Olahraga lari adalah aktivitas yang menawarkan berbagai manfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Namun, penting untuk memahami fakta dan mitos yang ada agar Anda dapat menjalani olahraga ini dengan cara yang benar dan aman. Jangan lupa untuk melakukan pemanasan, tidak memaksakan diri, serta mengombinasikan lari dengan olahraga lain untuk hasil yang optimal. Dengan pemahaman yang tepat, Anda bisa menikmati manfaat maksimal dari olahraga lari sambil menghindari risiko yang tidak diinginkan.
Satu hal yang harus Anda perhatikan ketika melakukan olahraga lari ialah, pastikan agar tubuh tetap terhidrasi baik dengan minum air putih. Meskipun banyak air minum kemasan yang beredar di pasaran, jangan sembarangan memilih air putih. Pilihlah air minum kemasan yang sudah bersertifikasi BPOM, SNI, dan terjamin kehalalannya sepertihalnya Kh-Q.
Kh-Q sendiri merupakan AMDK lokal yang memiliki keistimewaan tersendiri dikarenakan selama proses produksinya berlangsung dibacakan khataman Al-Qur’an. Membuat air Kh-Q tidak hanya menyehatkan, melainkan juga mengandung keberkahan khataman Al-Qur’an.
- January 15, 2025
- Health